Magisterikom.umsida.ac.id – Dalam era digital yang serba cepat, Islam berkemajuan menuntut umat untuk memanfaatkan media sebagai alat dakwah dan pencerahan.
Media tidak hanya menyebarkan informasi, tetapi juga menjadi instrumen pembentuk kesadaran dan kemajuan peradaban.
Hal ini disampaikan oleh Dr Roni Tabroni MSi dalam materinya berjudul “Media dan Islam Berkemajuan.”
Dalam paparannya, Dr Roni menegaskan bahwa media memiliki tanggung jawab besar sebagai ruang perjuangan intelektual dan instrumen peradaban Islam modern.
Menurutnya, media bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga memiliki kekuatan ideologis yang mampu menggerakkan masyarakat menuju perubahan sosial.
“Media bukan sekadar saluran informasi dan alat transaksi ekonomi-politik, tetapi instrumen perubahan lintas peradaban,” tegas Dr Roni.
Media dan Pencerahan Islam Berkemajuan

Dalam pandangan Dr Roni, media sejak awal sejarah pergerakan Islam memiliki peran vital sebagai alat perjuangan dan pembebasan.
Melalui media, para tokoh Islam membangkitkan semangat kemerdekaan, melawan kebodohan, dan menanamkan nilai-nilai kemajuan.
“Media adalah alat pembebasan, alat memajukan, sekaligus alat perlawanan terhadap kebodohan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa media memiliki kekuatan moral untuk membentuk opini publik yang mendorong masyarakat menuju peradaban yang tercerahkan.
Media bukan hanya ruang informasi, tetapi wadah nilai dan ideologi. Dengan semangat Islam berkemajuan, media dapat menjadi pedoman, inspirasi perubahan, serta jembatan pengetahuan bagi umat.
Dr Roni juga mengingatkan bahwa dalam konteks modern, tantangan media semakin besar.
Maraknya hoaks, disinformasi, dan kepentingan politik menuntut insan media untuk tetap berpegang pada nilai kebenaran dan etika.
Baca juga: Orasi Ilmiah Dr. Sigit Hermawan: Peran Intellectual Capital dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi
“Media yang berkemajuan adalah media yang menegakkan nilai pencerahan, bukan sekadar mengejar sensasi atau keuntungan ekonomi,” jelasnya.
Tokoh Pers Muhammadiyah dan Pembaharuan Melalui Pena
Lebih jauh, Dr Roni menyoroti kontribusi besar empat tokoh pers Muhammadiyah yang menjadikan pena sebagai alat perubahan, yaitu Haji Fachrodin, HAMKA, Buya Syafi’i Maarif, dan Haedar Nashir.
Menurutnya, H. Fachrodin menggunakan media sebagai sarana perlawanan terhadap penjajahan dan ordonansi guru serta untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.
HAMKA memadukan nilai Islam dan kebudayaan melalui tulisan-tulisannya yang berisi tasawuf modern dan pemikiran global.
Sementara Buya Syafi’i Maarif menghadirkan pemikiran Islam yang inklusif dan terbuka terhadap dinamika zaman.
Sedangkan Haedar Nashir memperkuat ideologi Muhammadiyah dengan menekankan pentingnya narasi Islam berkemajuan.
Lihat juga: Ikom Umsida Tanamkan Kreativitas Digital di SMA Budi Utomo Prambon
“Dari keempat tokoh itu kita belajar bahwa pembaharuan bisa lahir dari pena, Mereka menjadikan media bukan sekadar ruang pemberitaan, tapi wadah perjuangan dan pencerahan,” tutur Dr Roni.
Ia juga menegaskan bahwa jurnalis sejati tidak boleh hanya bekerja atas dasar rutinitas, melainkan memiliki kesadaran ideologis sebagai agen perubahan sosial.
“Jurnalis bukan kuli tinta, tapi aktor perubahan melalui karya-karya yang mencerahkan,” ujarnya.
Islam Berkemajuan dan Tantangan Media Masa Kini

Menutup paparannya, Dr Roni mengajak mahasiswa dan praktisi komunikasi untuk memaknai media sebagai ruang intelektual.
Di dalamnya, terjadi transfer ideologi, pertukaran gagasan, dan pembentukan kesadaran publik yang berpihak pada kemajuan.
“Tugas kita bukan hanya menyebarkan informasi, tetapi juga menjadi jembatan pengetahuan dan inspirasi perubahan,” tambahnya.
Menurutnya, konsep Islam berkemajuan yang menjadi karakter Muhammadiyah akan tetap relevan sepanjang masa, terutama jika umat mampu mengelola media secara bijak.
Dalam dunia digital saat ini, media harus menjadi sarana dakwah yang kreatif, inklusif, dan solutif.
“Islam berkemajuan menuntut kita untuk menjadikan media sebagai sarana dakwah yang berorientasi pada kemaslahatan,” kata Dr Roni.
Ia menutup dengan pesan reflektif bahwa masa depan peradaban Islam akan sangat ditentukan oleh bagaimana umat memanfaatkan media secara cerdas dan bertanggung jawab.
“Media bukan sekadar alat bicara, tetapi alat berpikir. Bukan hanya ruang informasi, tapi ruang transformasi.
Di tangan insan yang tercerahkan, media akan menjadi pendorong lahirnya peradaban Islam yang maju,” pungkasnya.
Dengan gagasan tersebut, Dr Roni mengajak seluruh civitas akademika, khususnya di bidang komunikasi, untuk terus menghidupkan semangat Islam berkemajuan melalui karya-karya media yang mencerahkan dan menginspirasi.
Ia menegaskan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam membentuk kesadaran kritis mahasiswa agar mampu menghasilkan karya komunikasi yang etis, berimbang, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Penulis: Siti Nur Annisa Rahmaniyah


















